Memperbaiki Diri



Imam al-ghazali mempunyai tips untuk orang yang ingin mengetahui aib dan kekurangannya dan ingin memperbaikinya.
  1. Meminta bantuan orang lain untuk menilai dan mengkritik diri kita. Meskipun pada awalnya orang tersebut kurang tepat dalam memberikan penilaian, namun nantinya akan benar juga.
     
  2. Menjauhi keramaian sebentar supaya kita bisa berkonsentrasi memikirkan diri. Rasanya sulit dan akan memakan banyak waktu bila kita mencari aib dan kekurangan kita di tengah-tengah keramaian.
     
  3. Memperhatikan perilaku orang. Jika kita melihat perilaku baik, maka kita tiru. Namun, bila kita melihat perilaku jelek, kita jauhi.
     
  4. Mencari kawan yang kita percayai dan yang mencintai kita karena Allah subhanahu wata'ala. Hendaknya kawan tersebut mempunyai ilmu yang cukup dan ikhlas ketika memberi nasihat. Jika kita telah mendapatkannya, maka kita pasrahkan diri kita di hadapan mereka supaya mereka memberikan nasihat-nasihat yang baik kepada kita. Setelah itu hendaknya kita sering berkata, "Semoga Allah subhanahu wata'ala mengasihi orang yang telah menunjukkan kekurangan dan aibku."
Referensi :
Nasihat Untuk Orang-orang Lalai oleh Khalid A. Mu'thi Khalif-Halaman 85
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_KB3g-77eZfUJ1RfLNSGR0wmpao53KmXH24YKGkzbB5bVcgoQZ89P4WdjJxC4hdOuUFeJbudczJPUtwpXUAb0Pb6T5Fb5r_Og2OK2C3xfsoDAdQJT8v47Ghk3YX1HieFkhnazdvut58eF/s1600/al-quran.jpg

Kriteria Pemimpin


Kriteria pemimpin (amir/imam) yang dicanangkan Nabi dan ditambah kriteria dari al-Qur'an itu diterjemahkan oleh al-Mawardi dalam al-Ahkam at-Sultaniyyah ada enam . 
Enam kriteria itu adalah

  1. Berperilaku Adil
  2. Memiliki Ilmu untuk mengambil Keputusan
  3. Panca Indra yang sehat (khususnya alat dengar, melihat dan alat bicara)
  4. Sehat secara Fisik dan tidak cacat
  5. Tegas dan Percaya diri.

selengkapnya:http://insistnet.com/index.php?option=com_content&view=article&id=444%3Akriteria-pemimpin-&catid=2%3Ahamid-fahmy-zarkasyi&Itemid=2

Referensi:
Buletin Salahuddin-Jum'at 30 November 2012/halaman ke-2
http://dc715.files.wordpress.com/2012/02/15-sifat-yg-membuat-pemimpin-disukai.jpg

Keistimewaan Ramadhan

3 Golongan Manusia Menyikapi Istilah Hikmah dalam Berdakwah

1."Pokoknya mulai hari ini bapak dan ibu tidak boleh lagi pergi ke dukun dan tidak boleh lagi sedekah bumi, tidak boleh lagi ikut maulidan dan tahlilan serta tidak boleh nonton TV. Bapak harus memendekkan celana panjang di atas mata kaki. Dan ibu harus memakai cadar!!".

Demikian "intruksi" seorang pemuda yang baru 'ngaji' kepada bapak dan ibunya.

"Memang kenapa?!" tanya orang tuanya dengan nada tinggi."
karena itu syirik, bid'ah dan maksiat!" jawab si anak berargumentasi.

"Kamu itu anak kemarin sore, tahu apa?! Tidak usah macam-macam,
kalau tidak mau tinggal di rumah ini keluar saja!!"
si bapak dan ibu menutup perdebatan tersebut.

Salah seorang sahabat pemuda tadi yang lebih lama 'ngaji' dan lebih banyak makan asam garam kehidupan, menasehati temannya yang tengah bersemangat empat-lima dalam menasehati orang tuanya.

"Bertahaplah akhi dalam mengingkari kemungkaran-kemungkaran yang ada di rumah antum...1

Antum harus bersikap lebih hikmah...".

"Lho, bukankah kita harus menyampaikan yang haq meskipun itu pahit?!", jawab si pemuda itu dengan penuh tanda tanya.

Mungkin 'insiden' di atas pernah terjadi di suatu rumah di tanah air.

2.Di tempat lain, seorang 'juru dakwah' namun minim ilmu, kerap ikut larut dalam ritual-ritual syirik dan acara-acara bid'ah 2, sambil sesekali bermusik ria 3 dengan dalih masyarakat sebelum mendakwahi mereka.
ketika ada seorang yang komplain kepadanya,

"Akhi, itu kan acara-acara syirik, bid'ah dan maksiat? Kenapa antum ikut hanyut di dalamnya?".

"Kita harus bersikap hikmah dalam berdakwah, kalau kita tidak mengikuti acara-acara itu terlebih dahulu, masyarakat akan lari dan menjauhi kita!

Bukankah Islam itu rahmatan lil 'âlamîn?" jawab si 'juru dakwah' tadi dengan ringan.

Dua penggal dialog di atas setidak-tidaknya bisa mewakili dua kelompok orang yang sangat bertolak hikmah dalam berdakwah.

Tiga golongan manusia dalam menyikapi istilah hikmah
  • Dalam menyikapi istilah hikmah manusia terbagi menjadi 3 golongan:
  1. Golongan yang tidak memperdulikan sikap hikmah dalam berdakwah, sehingga terkesan agak ngawur dalam berdakwah.
  2. Golongan yang terlalu longgar dalam memahami istilah hikmah , sehingga kerap 'mengorbankan' beberapa syariat Islam dengan alasan hikmah dalam berdakwah sebagaimana telah kita singgung sedikit di atas.
  3. Golongan yang pertengahan, yaitu golongan yang memahami kata hikmah dengan benar dan senatiasa menerapkan sikap hikmah dalam berdakwahnya; sehingga dia selalu mempertimbangkan setiap gerak-gerik serta metode yang ditempuhnya dalam berdakwah dengan pertimbangan ini.
Referensi:
14 Contoh Praktek Hikmah dalam Berdakwah halaman 15-16


Da'i atau Qadhi ?



Pada suatu kesempatan Umar bin Khaththab mengintai masyarakat yang biasa minum khamar.

Ia masuk ke tempat kumpul orang-orang tersebut melalui pagar belakang. 

Ketika orang-orang itu melihat Umar, mereka lari terbirit-birit. 

Namun, ada seorang di antara mereka yang tidak pergi, 

bahkan berkata kepada Umar dengan mulut yang masih bau khamar,

 “Wahai Umar, kami hanya melakukan satu dosa. Adapun kamu telah melakukan tiga dosa.
Pertama, tajassus (mencari-cari kesalahan orang lain).

Allah berfirman,
‘Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain.’ (al-Hujurat:12)

Kedua, masuk ke ruangan dengan tanpa izin. 
Allah swt. Berfirman,
‘Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya.’ (an-Nuur:27)

Ketiga, masuk dari pagar belakang. Allah swt. Berfirman,
‘Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya.’ (al-Baqarah:189)

Kemudian Umar kembali ke rumahnya, menenangkan hati dan membaca mushaf Al-Qur’an. Ia berkata, “Cukuplah malam ini saja saya melakukan dosa.”

Wahai para da’I, 

janganlah Anda bersusah payah mencari-cari kesalahan orang lain atau meneliti kekurangan-kekurangan mereka dengan dalih hendak melakukan perbaikan. 

Hendaknya diketahui bahwa tujuan yang baik harus diraih dengan cara-cara yang baik pula. 

Kita tidak boleh sembarangan menggunakan cara, meskipun kita yakin bahwa tujuan kita baik. Dalam dakwah hendaknya yang dibicarakan adalah hal-hal yang baik dan positif serta disesuaikan dengan kebutuhan yang ada.

Referensi:
http://cp.jurnalhajiumroh.com/uploads/radhite/image/salju%20jazirah%20arab.jpg
Nasihat Untuk Orang-orang Lalai oleh Khalid A. Mu'thi Khalif halaman 77-78

Seindah Shalat Berjama'ah

 1. Menaati Perintah Allah subhanahu wata'ala

Dalam shalat berjama'ah terkandung ketaatan terhadap perintah Allah Ta'ala, yaitu sebagai ibadahnya orang-orang yang beriman,



karena Allah subhanahu wata'ala berfirman:


Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'
(Al-Baqarah [2] : 43)

Ibnu Katsir rahimallahu mengatakan dalam tafsirnya, "Yakni jadilah kamu sekalian bersama orang-orang yang beriman dalam mengerjakan sebaik-baik amalan. Di antara amalan yang paling istimewa dan sempurna adalah shalat.

Mayoritas ulama menjadikan ayat ini sebagai dalil akan wajibnya shalat berjama'ah. "1)
Catatan :Ibnul Qayyim rahimallahu berkata dalam Kita^b 'sh-Shala^h halaman 114,

Kalau ada yang mengatakan bahwa ayat tersebut berlawanan dengan firman Allah Ta'ala,

Hai Maryam, taatlah kepada Rabbmu,sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk' .(Ali 'imron [3] :43)

padahal wanita tidak wajib menghadiri shalat berjama'ah! .Maka jawablah bahwa ayat ini tidak menunjukkan kalau perintah tersebut berlaku bagi setiap wanita, tetapi hanya Khusus Maryam saja yang diperintahkan dengan hal itu. 
Hal ini berbeda dengan firman-Nya:




Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'
(Al-Baqarah [2] : 43)
Maryam mempunyai (kedudukan) khusus yang tidak dimiliki oleh semua wanita selain dirinya, karena ibunya telah bernadzar agar ia menjadi hamba yang berkhidmat kepada Allah dan beribadah kepada-Nya serta selalu berada di dalam masjid. Konon, Maryam pun tidak pernah berpisah dengan MAsjid, sehingga Allah memerintahkan Maryam untuk shalat berjama'ah dengan orang-orang yang biasa shalat di masjid.

*** 

Catatan Kaki:

1) Lihat Tafsir Ibnu Katsir I/90, Tafsir Ibni Sa'di 1/44, Tafsiru 'l-Qurthubi 1/348, dan Kitabu 'sh-Shalaah, karya Ibnul Qayyim halaman 113

Referensi:
http://www.alquran-indonesia.com/web/quran/listings/details/2/40
http://www.alquran-indonesia.com/images/alquran/s002/a043.png 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvR3DORmM2I0nLe00Cq0phv0XqwQQfTrlTUuuxlyLxWy8t3k_muoHLQm0w3FNhUYtWmqyMOLBx3rVHvFwNnfVjn_RqB8KWp9_OhS5upZie98sL9SOUWQfPOVtL65ceWqiUCsDQJjgCnW14/s1600/Shalat+berjamaah.jpg 
Buku Seindah Shalat Berjamaah-40 Manfaat Shalat Berjamaah Bagi Kehidupan Insan Beriman oleh Musnid bin Muhsin Al-Qohthoni halaman 7-9

Khusyu'


Sebagian sahabat, yaitu Hudzaifah berkata,

"Jauhilah dari kalian khusyu' yang munafik".
Ada yang bertanya,"Apa khusyu' munafik itu?"

Dia menjawab, "Badan terlihat khusyu' namun hati tidak khusyu'. "
  Umar bin khattab melihat seseorang menundukkan kepalanya dalam shalat, kemudian berkata,
"Wahai pemilik kepala,

 angkatlah kepalamu karena khusyu' itu bukanlah di kepala.

Sesungguhnya khusyu' itu ada dalam hati."
    Aisyah melihat seorang pemuda yang berjalan dan berlaku seolah-olah orang mati dalam berjalannya.
Dia bertanya kepada teman-temannya, "Siapa mereka?"

Mereka menjawabnya, "Mereka adalah ahli ibadah."
    Dia berkata,
"Sesungguhnya Umar bin al-Khattab

bila berjalan, maka dia melakukannya dengan cepat,

bila berbicara, maka dia memperdengarkan suaranya,

bila memukul, maka pukulannya membuat orang merasakan sakit,

dan bila dia memberi makanan, maka dia akan mengenyangkan orang.
    Dia adalah ahli ibadah yang sejati."

Referensi:
Mutiara Amaly volume 62 halaman 21

Sahabat

Jangan engkau bersahabat dengan sahabat yang mana dia begitu berharap engkau ketika mau menyelesaikan masalahnya saja, sedangkan apabila masalah atau hajatnya telah selesai maka dia memutuskan kemanisan persahabatan

Bersahabatlah dengan mereka yang mempunyai ketinggian dalam melakukan kebaikan, memenuhi janji dalam perkara yang benar, memberi pertolongan kepada engkau serta memadai dengan amanahnya atau sikap bertanggung jawabnya terhadap engkau.

(Umar bin Abdul Aziz)

Filosofi Jepang ‘5S’ Tentang Sikap Positif Bekerja

Bakat dan keahlian memang dibutuhkan di dunia kerja, tetapi sikap positif dalam bekerja adalah landasan yang harus dimiliki setiap orang. 

Direktur Institute of Productive Takashi Osada menggambarkan konsep sikap bekerja lewat buku karangannya yang berjudul’Sikap Kerja ‘5S’. Filosofi sederhana uang diambil dari bahasa jepang ini terdiri dari Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shiketsu.

  • Seiri, membuat klasifikasi dari setiap pekerjaan.
  • Seiton berarti melakukan penataan terhadap pekerjaan kita yang beragam.
  • Seiso, memeriksa hasil pekerjaan sebelum diserahkan kepada orang lain.
  • Seiketsu, menjaga konsistensi bekerja yang baik.
  • Shiketsu, jika telah terbiasa maka sikap positif dalam bekerja akan menjadi kebiasaan.\
Referensi:
Indolife

Kesempurnaan Jiwanya Dan Kemuliaan Akhlaknya

1.Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam diistimewakan dengan  
  • kefaasihan lisannya, 
  • keindahan retorikanya, hal itu merupakan letak keutamaannya dan sesuatu yang telah dikenal,
  • berperangai luwes, 
  • jelas lafadznya, 
  • ringkas bicaranya , 
  • benar maknanya, tanpa dibuat-buat. 
  • Beliau telah dikaruniai Jawaami'ul kalim (kalimat ringkas tapi mengandung makna yang tepat), mempunyai mutiara-mutiara hikmah yang indah dan menguasai logat-logat orang Arab, 
  • berdialog dan berbicara kepada setiap kabilah sesuai dengan logat dan bahasa mereka., 
  • tertanam padanya kekuatan luar biasa menguasai bahasa orang-orang dusun serta kefasihan penguasaan terhadap bahasa orang-orang Arab berbudaya serta menguasai keindahan sastra mereka, yang didukung dengan bantuan illahi yang diberikan kepadanya melalui wahyu. 
  • Sifat penyantun, 
  • sabar,
  • memberi maaf pada saat mempunyai kekuatan ,
  • dan sabar pada saat tertimpa musibah , ini adalah sifat-sifat yang ditanamkan Allah kepadanya. 
2.Setiap orang yang penyantun pasti mempunyai kesalahan dan kekeliruan, berbeda dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, semakin banyak gangguan yang dihadapinya, semakin bertambah kesabaran beliau, dan tidak ada kesalahan orang bodoh yang tertuju padanya kecuali menambah kemurahan hati beliau
Aisyah berkata, “Tidaklah Rasullullah shallallahu 'alaihi wasallam itu diberi kesempatan untuk memilih  antara dua perkara, kecuali beliau memilih yang termudah diantara keduanya selama tidak mengandung perbuatan dosa, apabila mengandung perbuatan dosa beliau adalah orang yang paling jauh darinya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak membalas seseorang bukan karena untuk kepentingan pribadi, akan tetapi karena syariat Allah telah dilanggar sehingga beliau membalasnya karena Allah(1).
Beliau adalah orang yang paling jauh dari kemarahan dan orang yang paling cepat ridha (rela).

3.Sifat kedermawanan dan kemurahan hati beliau benar-benar tidak ada tandingannya; beliau dalam hal memberi seperti pemberiannya orang yang tidak takut miskin, 
Ibnu Abbas berkata, “Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang paling dermawan, dan lebih dermawan lagi pada bulan Ramadhan ketika jibril menemuinya, Jibril menemuinya setiap malam dari bulan Ramadhan untuk mengajarkan kepadannya  Al-Qur'an. Kemurahan hati Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam memberikan suatu kebaikan, lebih cepat dari pada angin yang bertiup kencang.”(2)  
Jabir berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah dimintai sesuatu kemudian berkata, tidak.”(3)
4.Keberanian, kejantanan, kekuatan dan kepahlawanan beliau disaat berhadapan dengan musuh sudah tidak diragukan lagi, beliau adalah orang yang paling berani, menghadapi berbagai londisi yang sulit, telang berulang kali para pahlawan dan para pemberani lari ketakutan dari beliau. 

Beliau tetap tegar dan tidak goyah, maju terus, pantang mundur dan tidak pernah gentar. Berapa banyak pemberani yang telah melarikan diri dan mundur dengan kekalahan. 
Ali berkata, “Apabila peperangan telah memanas dan serangan semakinseru, kami berlindung di balik Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak ada seorang pun yang lebih dekat dengan musuh dari pada beliau.”(4)
Anas berkata, “Suatu malam penduduk Madinah dikejutkan oleh suatu suara, orang-orang menuju ketempat datangnya suara, akan tetapi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertemu mereka sewaktu beliau kembali dari arah suara tersebut, ternyata Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah mendahului mereka, beliau mengendarai kuda milik Abu Thalhah yang tak berpelana, dileher bergantung sebilah pedang, beliau berkata, “Kalian jangan takut, kalian jangan takut.”(5)
5.Beliau sangat pemalu dan sangat menjaga pandangan matanya. 
Abu Sa'id Al-Khudri berkata, “Beliau lebih pemalu dari pada gadis perawan yang dipingit, apabila beliau tidak suka pada sesuatu dapat diketahui dari raut mukanya,(6) 
Pandangannya tidak terpancang pada satu orang, beliau adalah orang yang selalu menundukkan pandangan, lebih lama memandang kebawah daripada memandang keatas, segala pandangannya merupakan pengamatan, tidak berbicara dengan seseorang dalam hal-hal yang tidak terpuji karena malu dan karena kemuliaan jiwanya. Beliau tidak mau menyebutkan nama seseorang yang beliau dengar melakukan sesuatu yang tidak beliau sukai, akan tetapi beliau berkata, “Mengapa orang-orang berbuat seperti ini.”  Beliaulah orang yang lebih pantas menyandang pujian dalam perkataan Firazdaq:
Menundukkan pandangan karena malu dan kewibawaannya
Tidak berbicara kecuali saat tersenyum.
6.Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang paling Adil, orang yang paling menjaga kehormatan, paling tepat perkataannya, paling dapat menjaga amanah.

Hal ini telah diakui oleh kawan maupun lawan. Sebelum diangkat menjadi Nabi beliau dikenal sebagai Al-Amin (yang terpercaya) , dan dijadikan sebagai pemutus perkara pada masa jahiliyyah. 
At-Turmudzy meriwayatkan dari Ali radhiallahu 'anhu bahwa Abu Jahl berkata kepada Rasulullah. “Kami tidak mendustakanmu akan tetapi kami mendustakan (risalah) yang engkau bawa”, maka Allah menurunkan firman-Nya,
“Karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zhalim itu mengingkari ayat-ayat Allah.” (Al-An'am: 33).(7)
Heraclius pernah bertanya kepada Abu Sufyan, “Apakah kalian menuduhnya sebagai seorang pembohong sebelum ia mengatakan apa yang telah ia katakan?” Abu Sufyan berkata,”Tidak.”
7.Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah manusia yang paling rendah hati dan paling jauh dari kesombongan, beliau melarang para sahabatnya berdiri untuk menghormatinya, sebagaimana dilakukan bangsa-bangsa lain untuk menghormati raja-raja mereka. 

Beliau mengunjungi orang-orang miskin dan duduk-duduk bersama orang-orang fakir, menghadiri undangan hamba sahaya, duduk diantara para sahabanya seakan-akan beliau salah satu dari mereka.
Aisyah berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyambung dan menjahit bajunya, mengerjakan pekerjaan rumah dengan tangannya sendiri sebagaimana salah seorang dari kalian melakukannya di rumah, beliau seperti manusia pada umumnya, membersihkan pakaiannya, dan menyelesaikan urusannya sendiri.(8)
8.Beliau adalah orang yang paling menepati janji, suka menyambung silaturrahim, orang yang sangat pengasih, dan penyayang terhadap orang lain. 

Orang yang paling baik dalam bergaul dan berperilaku, paling baik akhlaknya, orang yang paling jauh dari akhlak yang tercela, tidak berkata buruk, tidak pula suka mencela, tidak suka melaknat, tidak bersuara keras di pasar dan tidak membalas perbuatan buruk dengan keburukan pula, akan tetapi beliau memaafkannya dan membiarkannya. 

Beliau tidak membiarkan seseorang berjalan dibelakangnya, tidak membedakan diri dari budak-budaknya dalam hal makanan dan minuman, suka membantu orang yang membantunya, sama sekali tidak mengatakan “hus” atau “ah” kepada pembantunya dan tidak mengeritiknya dalam apa yang dikerjakan maupun yang ditinggalkan. 

Beliau menyukai orang-orang miskin dan duduk-duduk bersama mereka, melayat jenazah mereka dan tidak meremehkan orang fakir karena kefakirannya.
Dalam suatu perjalanan, beliau shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan untuk menyembelih seekor kambing, salah satu diantara mereka berkata, “Aku yang akan menyembelihnya,” yang lain berkata, “Aku yang menggulitinya,” yang lain lagi berkata, “Aku yang memasaknya.” Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata, “Aku yang mengumpulkan kayu bakarnya.” Mereka berkata, “Cukuplah kami saja yang mengerjakannya.” Beliau berkata, “Aku tahu, bahwa hanya kalian saja cukup unutk mengerjakannya, akan tetapi aku tidak suka untuk diistimewakan dari kalian semua, karena sesungguhnya Allah tidak suka melihat hambanya diistimewakan dari teman-temannya.” Kemudian belioau berdiri dan mengumpulkan kayu bakar.(9)
Simaklah Hindun bin Abi Halah memberikan kepada kita gambaran tentang pribadi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam; dia berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selalu dalam kesedihan, selalu berfikir, tidak mempunyai waktu untuk istirahat, tidak berbicara kecuali jika perlu, banyak  diamnya, membuka pembicaraan dan menutupnya dengan seluruh bagian mulutnya, tidak dengan ujungnya saja, berbicara dengan Jawaami'ul Kalim (perkataan singkat tapi mengandung makna yang luas), jelas, tidak berlebih-lebihan dan juga tidak mengurangi-nya, lembut perkataannya, tidak kasar dan tidak pula remeh.
9.Beliau selalu mensyukuri nikmat walaupun sedikit, tidak mencela sesuatu, tidak pernah mencela makanan yang beliau rasakan dan tidak pula memujinya.

Tidak ada yang dapat meredakan kemarahannya apabila kebenaran dihujat sehingga beliau memenangkannya, tidak marah dan tidak membela dirinya sendiri akan tetapi beliau memaafkan, apabila menunjuk pada sesuatu, beliau menunjuk dengan seluruh jarinya, apabila takjub (kagum) terhadap sesuatu beliau membalik telapak tangannya, apabila marah menghindar dan berpaling, dan apabila gembira menundukkan pandangannya. Kebanyakan tawanya adalah senyum, berkilau seperti tetesan embun.

10.Beliau selalu menahan lisannya kecuali pada hal-hal yang bermanfaat baginya, mempersatukan para sahabatnya dan tidak memecah belah persatuan mereka, menghormati orang yang terhormat pada setiap kaumnya, dan memberikan wewenang kepadanya untuk mengatur kaumnya. 

Memberikan peringatan kepada orang-orang dan menjaga diri dari mereka tanpa menyembunyikan sifat kemanusiaannya dari salah satu di antara mereka.

11.Selalu menanyakan sahabat-sahabatnya, dan bertanya kepada orang-orang tentang permasalahan mereka, memuji kebaikan dan membenarkannya, mencela kejelekan dan menghinakannya, sederhana, tidak suka menyelisihi, tidak lalai karena khawatir mereka akan lalai atau bosan, setiap keadaan yang ada pada dirinya merupakan hal yang biasa, tidak kikir dalam menyampaikan kebenaran dan tidak pula melampaui batas.

Orang-orang yang dekat dan cinta kepadanya adalah orang yang terbaik diantara mereka, orang yang paling utama baginya adalah orang yang paling banyak nasihatnya, dan orang yang paling agung baginya adalah orang yang paling banyak bantuan dan pertolongannya.

12.Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak duduk dan berdiri kecuali dalam keadaan berdzikir, tidak duduk pada tempat yang istimewa, apabila telah sampai pada suatu kaum beliau duduk pada tempat duduk yang tersisa, dan memerintahkan untuk melakukan hal yang serupa.

Memberikan kepada setiap teman duduknya akan haknya sehingga teman duduknya tidak menganggap bahwa ada seseorang yang lebih dihormati dari pada dirinya. 

Siapa saja yang duduk atau berdiri bersamanya karena memerlukan (bantuan) nya , beliau bersabar menunggunya hingga orang tersebut pergi dengan sendirinya, tidak ada seorang pun yang meminta kepadanya sesuatu yang ia butuhkan, kecuali beliau memberinya atau menolaknya dengan perkataan yang halus.

Orang-orang merasa senang dengan keutamaan dan kebaikan akhlak yang dimilikinya, sehingga beliau seakan-akan bapak bagi mereka, mereka saling mendekat kepada beliau dalam kebenaran, dan berlomba-lomba untuk mendapatkan keutamaan dihadapannya dengan bertakwa, majlis mereka adalah majlis yang penuh dengan keramah-tamahan, malu, sabar, dan amanah, tidak ada di dalamnya suara yang keras, tidak ada perbuatan maksiat dan tidak ditakutkan akan adanya kesalahan didalamnya.

Mereka saling mencintai karena takwa, menghormati yang lebih tua, mencintai yang lebih muda, membantu orang yang membutuhkan, dan menghibur orang yang terasing.

13.Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selalu gembira, dan berakhlak mulia. Lemah lembut tutur katanya, tidak kasar dan tidak keras suaranya, tidak berkata keji, tidak mencela, bukan seorang pemuji, selalu mengabaikan hal-hal yang tidak beliau sukai, dan beliau tidak pernah berputus asa.

Beliau telah meninggalkan untuk dirinya sendiri tiga perkara: 
  • meninggalkan riya', 
  • meninggalkan sikap berlebih-lebihan, 
  • dan meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya. 
Dan telah meninggalkan untuk orang lain tiga perkara: 
  • tidak mencela seseorang dan tidak menghinanya, 
  • tidak membuka aibnya, 
  • dan tidak berbicara kecuali pada perkara-perkara yang diharapkan pahalanya. 
14.Apabila berbicara membuat orang -orang yang duduk disekitarnya terdiam, seakan-akan diatas kepala mereka ada burung, apabila beliau diam mereka baru berbicara, mereka tidak saling berebut untuk berbicara dihadapan beliau, kalau ada orang yang berbicara di hadapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mereka diam mendengarkannya hingga ia selesai berbicara, beliau tertawa pada hal-hal yang mereka tertawa karenanya dan mengagumi pada hal-hal yang mereka kagumi. 
Beliau bersabar dalam menghadapi musuh orang asing yang berbicara kasar, beliau berkata, “Apabila kalian bertemu dengan orang yang membutuhkan bantuan maka bantulah ia.” Beliau tidak mencari pujian dari orang yang tidak berlebih-lebihan dalam memuji.(10)
Kharijah bin Zaid berkata, “nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang paling terhormat dalam majlisnya, hampir tidak ada perkataannya yang keluar, banyak diamnya, tidak berbicara pada hal-hal yang tidak perlu, berpaling dari orang yang berkata tidak baik, tertawanya adalah senyum, perkataannya jelas, tidak berlebih-lebihan dan juga tidak menguranginya, dan tawa para sahabatnya pada saat bersama beliau adalah tersenyum karena menghormati dan mencontoh beliau.”(11)
Secara Global Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memiliki sifat-sifat yang sempurna yang tak ada bandingnya. Allah telah mendidiknya dengan sebaik-baiknya. 

Allah berfirman kepadanya sebagai pujian terhadapnya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Al-Qalam:4).

Sifat-sifat inilah di antara hal-hal yang dapat mendekatkan jiwa, kemudian menimbulkan kecintaan dalam hati , dan menjadikan-nya sebagi panglima yang setiap hati cenderung kepadanya, menundukkan watak kaumnya yang sebelumnya enggan untuk menerimanya, sehingga mereka berbondong-bondong masuk kedalam agama Allah.

Catatan Kaki

1.    Shahih Al-Bukhariy, Op.Cit. h.503.
2.    Ibid., h.502
3.    Ibid.
4.    Lihat kitab asy-Syifaa' karangan Al-Qaadhy 'Iyaadl, I/89 dan hal yang serupa telah diriwayatkan oleh para penulis kitab-kitab Shahih dan Sunan.
5.    Shah_iih_ Muslim, Op.cit.h.252 dan Shahiih Al-Bukhariy, Op.cit., h.407
6.    Al-Bukhary, Ibid.,h.504.
7.    Misykaah Al-Mashaabiih_,Op.cit., II/521
8.    Ibid., h.520.
9.    Khulaashah As-Siyar, Op.cit., hal.22.
10. Lihat kitab Asy-Syifaa' karangan Al-Qaadhy 'Iyaadl, Op.cit., I/121-126, dan lihat juga Syamaa'il At-Turmudzy.
11. Ibid., h.107.

Referensi:
Buku Perjalanan Hidup Rasul yang Agung- Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam-Dari kelahiran hingga detik-detik terakhir oleh Syaikh Shafiyyurahman al-Mubarakfury/Bab Sifat dan Budi Pekerti Rasulullah/Judul: Kesempurnaan Jiwanya dan Kemuliaan Akhlaknya/Halaman 662 -668

Indahnya Kebersamaan

“Kebersamaan menuntut adanya keterbukaan, kejujuran dan orientasi kolektif sehingga masing-masing anggota keluarga harus saling memahami, melengkapi dan berempati pada persoalan bersama.”
(Danang A. Akhbarona/ Writer,Trainer dan Pendiri Indonesia School of Success)
“When you flood yourself and your family with love, you will find a lot of miracles.”
picture from:
http://www.lazuardibirru.org/wp-content/uploads/2012/10/Indahnya-Kebersamaan.jpg

Tangga Kepemimpinan {5}

Tangga Ke-5 : Pemimpin Abadi


(Baca:Al-Qalam:4)

Cerita yang diambil oleh Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu; ketika bertanya kepada rasulullah dan dijawab:
Ma’rifat adalah modalku,
Akal pikiran adalah sumber agamaku,
Rindu -kendaraanku,
Berzikir kepada  Allah-Kawan dekatku,
Keteguhan-perbendaharaanku,
Duka adalah kawanku,
Ilmu adalah senjataku,
Ketabahan adalah pakaianku,
Kerelaan-sasaranku,
Faqr  adalah kebanggaanku,
Menahan diri adalah pekerjaanku,
Keyakinan-makananku,
Kejujuran-perantaraku,
Ketaatan dalah ukuranku,
Berjihad-perangaiku,
Dan hiburanku adalah dalam sembahyang.

Pelajarilah kata-kata di atas satu persatu, maka akan anda temukan kunci dari semua landasan tentang kepemimpinan Rasulullah, sehingga dia berhasil mencapai puncak tangga tertinggi kepemimpinannya. Dia berhasil memimpin dunia dengan suara hatinya, dan diikuti oleh suara hati pengikutnya. Dia bukan hanya seorang pemimpin manusia, namun dia adalah pemimpin segenap hati manusia. Ia adalah pemimpin Abadi.

(Baca:Ar-Ra’d:27)

Referensi:
ESQ-ha;aman 112-113