Memaafkan dan Membalas Keburukan dengan Kebajikan


Umar bin Abdul Aziz berkata, "Perkara yang paling dicintai Allah ada tiga: memaafkan tatkala mampu (membalas), berniat dalam kesungguhan, lemah lembut terhadap hamba sahaya."1

Dari Daud bin Az-Zabarqan berkata, "Ayyub berkata, 'Seseorang tidak akan menjadi mulia sehingga ia memiliki dua sifat: Tidak menginginkan apa yang dimiliki orang lain, dan memaafkan mereka."2

Asy-Syafi'i berkata:

Ketika aku memaafkan dan tidak dengki kepada siapapun
maka jiwaku bebas dari kezhaliman permusuhan
Aku memberi salam kepada musuhku saat melihatnya
untuk mengusir kejahatan dariku dengan salam
Aku tampakkan kegembiraan kepada orang yang aku benci
seakan dia memenuhi hatiku dengan kasih sayang

Ibnu Hibban, "Agar membiasakan dirinya untuk senantiasa memaafkan orang lain secara keseluruhan dan meninggalkan untuk membalas keburukan. Sebab tidak ada satu faktor pun yang dapat menghentikan keburukan yang lebih baik daripada berbuat kebajikan, dan tidak ada satu faktor pun yang dapat menumbuhkan dan memperbesar keburukan tersebut yang lebih dasyat daripada melakukan hal yang serupa."3

Ada orang yang mengira bahwa memaafkan orang-orang yang melakuka keburukan - padahal mampu (untuk membalasnya) - dapat menyebabkan kehinaan dan menyebabkan orang-orang yang bodoh tersebut semakin berani.

Ini pendapat yang salah. Memaafkan dan bersikap santun tidak serupa dengan kehinaan; sebab kehinaan itu adalah menahan luka yang dapat menyebabkan hilangnya harga diri.

Sementara kesantunan dan pemaafan ialah seseorang menahan diri dari sesuatu yang tidak menyenangkan yang mana sikap tersebut dalam pandangan manusia dapat menambah kemuliaan dan kewibawaan.

Siasat yang penuh kesantunan tidak dikeruhkan oleh kekerasan
maka dia ditakuti sedang ketajaman pedangnya tidak ditakuti.4

Karena itu, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

"Tidaklah Allah menambah seorang hamba karena pemaafan itu melainkan kemuliaan"
(HR. Muslim,4/2001)

Catatan Kaki:
Raudhatul 'Uqala', halaman 131
Ibid, halaman 131.
Ibid, halaman 132.
4   Lihat Rasa'ilul Islah , 1/186.

Referensi:
Menumbuhkan Optimisme -Motivasi dan Hambatan oleh Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd halaman 125-126
http://www.bundakonicare.com/0_repository/images/memaafkan1%281%29.jpg

Individu yang Menemukan Makna Hidup

Dari segi teoritis, Ada perbedaan individu yang belum menemukan makna hidup dan yang telah menemukan makna hidup.

Individu yang belum menemukan hidup:
  1. Memiliki nilai besar dalam hidup cuma satu, cenderung fanatik tidak bertoleransi terhadap suatu situasi kehidupan.
  2. Tidak mudah menggantikan nilai yang hilang dari dirinya.
  3. Selalu menyesali kesalahan yang dilakukan dan tidak melakukan introspeksi diri.
  4. Menutup diri dari lingkungan sosial tidak mudah bergaul dengan orang lain.
  5. Tidak mempunyai tujuan hidup dan mudah putus asa.
Individu yang telah menemukan hidup:
  1. Memiliki beberapa nilai besar dalam hidupnya, jiwanya lebih sehat dan stabil.
  2. Mudah menggantikan nilai besar yang hilang, selalu bersyukur dalam situasi apapun.
  3. Selalu berfikir jernih terhadap kesalahan masa lalu.
  4. Sebagai cermin untuk bisa memperbaiki kesalahan di masa datang.
  5. Mudah bergaul dan berwawasan luas.
  6. Selalu menginginkan perubahan, pembaharuan menuju kemajuan.
Referensi:
Character Building, Pengalaman Hidup, Membentuk Pribadi yang Kuat dan Sukses oleh Rusminingsih, S. Pd, M.Pd (Bu gedhe saya) halaman 117-118 (dengan sedikit editan) 
http://www.google.com/imgres?imgurl=http://febrianhadi.files.wordpress.com/2011/05/character-building.jpg&imgrefurl=http://febrianhadi.wordpress.com/2011/05/02/%25E2%2580%259Ckederisasi-dalam-pembentukan-karakter%25E2%2580%259D/&usg=__MPaH92tXT2eKzqkfQCFPhsgO6Dk=&h=464&w=376&sz=36&hl=en&start=1&zoom=1&tbnid=sYVxVEc3OIi-bM:&tbnh=128&tbnw=104&ei=-aIIUb0pwo-uB8HRgZAO&um=1&itbs=1

Hikmah dalam Berdakwah

Definisi Hikmah

kata hikmah di dalam al-Qur'an ada dua macam:

1. disebutkan berdampingan dengan kata al-Qur'an maka hikmah berarti: 

~ hadits Rasul shalallahu 'alaihi wasallam,

contohnya: firman Allah ta'ala pd surat Ali 'imran:164. 

2. tidak berdampingan dengan kata al-Qur'an,namun disebutkan sendirian maka maknanya adalah 

~ tepat dalam perkataan,perbuatan dan keyakinan serta meletakkan sesuatu pada tempatnya yang sesuai,

contohnya adalah firman Allah ta'ala pd surat al-Baqarah 269.

Perintah untuk bersikap hikmah dalam berdakwah adalah firman Allah ta'ala pada surat An-Nahl:125)


Sikap hikmah dibangun di atas tiga pilar: 

1. Al-'ilmu (ilmu dan pemahaman) ,ini adalah pilar yang paling utama dan paling penting. 
Dan ilmu yang dimaksud disini adalah al-Qur'an dan Hadits dengan pemahaman as-salaf ash shalih.
2. Al-Hilmu (bijaksana),
3. Al-Anâh (tidak tergesa-gesa).

Referensi:

{Madaarij as-saalikiin (II/480) }
{hikmah dlm berdakwah hal 17-18} 
http://static.arrahmah.net/images/stories/2012/08/masjid-nabawi-madinah.jpg