Mus'ab bin Umair : Duta Islam Pertama


Mus'ab bin Umair adalah seorang tokoh muda yang memiliki posisi sendiri dalam sejarah islam.

Ia adalah duta islam pertama yang diutus oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ke Madinah mewakilinya untuk mengajarkan Islam kepada penduduk kota itu dan menyiapkan berbagai hal untuk menerima kepindahan kaum muhajirin dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

Ia adalah pemuda Quraisy yang sangat tampan dan flamboyan semasa jahiliyah. Gaya busana dan parfum yang dikenakannya sempat menjadi buah bibir dikalangan gadis-gadis Makkah.

Ia hidup serba kecukupan karena berasal dari keluarga terpandang dan menjadi idola remaja Makkah saat itu. Keadaan kini berubah 180 derajat saat Islam merasuk jiwanya. Tak lama setelah bertemu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan memeluk Islam,

Ia didedikasikan seluruh hidup dan tenaganya untuk Islam. Ia tinggalkan kemewahan dan kesenangan masa muda. Ia juga rela berpisah dengan keluarga yang mencintainya. Bahkan ia rela dihukum oleh ibu kandungnya sendiri yang menyekapnya di dalam kamar.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menunjuk Mus'ab sebagai ambassador dakwah pertama di Madinah. Di tangannya, penduduk Madinah mengenal Islam dan siap membai'at Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang dikenal dengan Bai'at Aqabah ke dua. Mus'ab bin Umair tidah panjang usianya. Ia gugur dalam Perang Uhud sebagai syahid.

Referensi:
Muhammad Saw The  Super Leader Super Manager oleh Dr. Muhammad Syafii Antonio, M.Ec
http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTf32QOjr-Yh-hOXkjU-jmzF-5VCVM4AYh6tiQEr-xLc3gvoqT8&t=1

Sifat Mulia yang Patut Diamalkan oleh Para Guru


Seorang guru hendaknya memiliki sifat-sifat tertentu sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alahi wasallam.Berikut beberapa sifat mulia yang patut diamalkan oleh para guru.

[1] Ikhlas

Seorang guru harus  menanamkan sifat ikhlas kedalam jiwa-jiwa murid-muridnya. Hanya untuk mencari ridha Allah ilmu dipergunakan.Ilmu Allah sangat luas tidak bertepi.

Firman Allah subhanahu wata'ala,

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali menyembah Allah SWT dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus “ ( Q.S. Al-Bayyinah :5 ).

Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khaththab radiallahu 'anhu, dia berkata: 

Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : 

Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.

(Riwayat dua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhori dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naishaburi dan kedua kitab Shahihnya yang merupakan kitab yang paling shahih yang pernah dikarang) .

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda, ”Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian, juga tidak kepada harta kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian”.  
(H.R. Muslim)

[2] Jujur

Jujur adalh penyelamat bagi guru di dunia dan diakhirat. Bohong kepada murid akan menghalangi penerimaan dan menghilangkan kepercayaan.

Firman Allah subhanahu wata'ala,

Taat dan mengucapkan perkataan yang baik (adalah lebih baik bagi mereka). Apabila telah tetap perintah perang (mereka tidak menyukainya). Tetapi jikalau mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.
( Q.S. Muhammad :21 ).

“Sesungguhnya ash shidq (kejujuran) itu menunjukkan kepada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan itu menunjukkan ke surga dan sesungguhnya seorang bermaksud untuk jujur sehingga dicatatlah di sisi Allah sebagai seorang yang jujur. Dan sesungguhnya kedustaan itu menunjukkan kepada kejahatan dan sesungguhnya kejahatan itu menunjukkan kepada neraka. Sesungguhnya seorang itu bermaksud untuk berdusta sehingga dicatatlah di sisi Allah sebagai seorang yang suka berdusta.” (Muttafaq ‘alaih)

[3] Walk The Talk

Firman Allah subhanahu wata'ala,

"Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.
(Q.S. As Shaff: 2-3)

Adanya perbedaan ucapan dengan perilaku seorang guru hanya akan membuat seorang murid berada dalam kebingungan. Mereka tidak tahu siapa yang harus dicontoh dan apa arti sebuah keluhuran budi atau kemuliaan akhlak.

[4] Adil dan Egaliter

Mewujudkan sikap adil dan menyamakan hak setiap murid sangat penting karena sikap tersebut akan menebarkan rasa cinta dan kasih sayang di antara mereka.Sikap adil harus diwujudkan ketika memberikan nilai dan peringkat kepada para murid

Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan
(Q.S. An-Nisa : 135)

[5] Akhlak Mulia

Akhlak adalah sikap yang terpuji yang harus dimiliki oleh seorang guru. Kemudian ia memerintahkan kepada murid-muridnya untuk berakhlak baik.

Firman Allah subhanahu wata'ala,

"Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung."
(Q.S. Al Qalam: 4)

Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,

"Sesungguhnya Allah itu lembut dan menyukai kelembutan dalam segala sesuatu."
(H.R. Shahih Muslim no.2593 dan 2594 kitab al birru wa al-shillah)

[6] Tawadhu

Sifat tawadhu dapat menghancurkan batas yang menghalangi antara seorang guru dengan muridnya.

Sifat sombong dapat menyebabkan para murid menjauhi guru. Mereka akan menolak menerima ilmu darinya. Jika seorang murid dekat dengan gurunya maka ia akan mampu menyerap ilmu dengan baik. SIfat tawadhu lah yang dapat mewujudkan kedekatan tersebut.

Firman Allah subhanahu wata'ala,

"Dan janganlahkamu berjalan di muka bumi dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. Semua itu kejahatannya amat di benci di sisi Tuhanmu."
(Q.S. Al Isra: 37-38)

"Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman."
(Q.S. Asy Syu'ara: 215)

Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,

"Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar kalian bersikap tawadhu sehingga seseorang tidak bersikap sombong pada yang lainnya dan tidak menzhalimi satu sama lainnya."
(H.R. Muslim no. 7210 kitab al-Jannah)

[7] Berani

Berani mengakui kesalahan tidak akan mengurangi harga diri seseorang.Bahkan sikap seperti itu akan mengangkat derajatnya.

Berani mengungkapkan kebenaran atau menegur perilaku siswa yang bermoral rendah atau berakhlak buruk

Berani juga dalam mengakui kekurangan guru.

"Barangsiapa terbunuh karena membela hartanya maka dia syahid. Barangsiapa terbunuh karena membela dirinya maka dia syahid. Barangsiapa terbunuh karena membela agamanya maka dia syahid. Barangsiapa terbunuh karena membela keluarganya maka dia syahid."
(H.R. Tirmidzi no.1418 dan 1421 kitab al-diyyaat)

[8] Jiwa Humor yang Sehat

Dampak positif yang ditimbulkan dari senda gurau adalah terciptanya suasana nyaman di ruangan kelas, halaqah atau pertemuan tertentu.

Humor yang sehat dapat menghilangkan rasa jenuh yang menghinggapi para murid, tetapi jelas dengan memperhatikan larangan untuk tidak berlebih-lebihan dalam bersenda gurau, agar pelajaran yang hendak dicapai tidak keluar dari yang dicita-citakan dan tidak menghilangkan faedah yang diharapkan.

Berlebih-lebihan dalam senda gurau hanya menghilangkan kewibawaan dan kehormatan. Senda gurau hendaknya tidak dilakukan kecuali dalam hal kebenaran atau kejujuran, tidak menyakiti atau menghina murid.

Seorang laki-laki datang pada Rasulullahi shallallahu 'alaihi wasallam lalu berkata, "Ya Rasulullah bawalah aku." Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, "Aku akan membawamu di atas anak unta." Lelaki itu bertanya (penuh heran), "Bagaimana aku akan dibawa oleh seekor anak unta?" Kemudian Nabi menjawab, "Bukankah unta itu dilahirkan dalam bentuk anak unta juga."
(H.R. Tirmidzi dalam shahih al-Jami no.1991 dan 3605)

Dalam riwayat lain diceritakan, seorang nenek datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata, "Ya Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar saya dimasukan ke dalam surga." Rasulullah menjawab, "Wahai nenek, sesungguhnya surga itu tidak akan dimasuki oleh orang-orang tua." Hasan berkata, "Nenek itu pergi sambil menangis." Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Beritahulah kepadanya bahwa dia tidak akan masuk surga dalam kondisi nenek-nenek."
(Ibnu Katsir, Al-Sirah al-Nabawiyyah)

[9] Sabar dan Menahan Amarah

Kesabaran adalah alat yang paling baik bagi kesuksesan seorang guru. Amarah adalah perasaan dalam jiwa. Amarah menyebabkan hilangnya kontrol diri dan lemah dalam melihat kebenaran. Dampak amarh yang tidak terkontrol sangatlah menghinakan. Kekuatan seorang guru tersembunyi pada bagaimana ia mampu mengendalikan amarahnya ketika terjadi sesuatu yang membuatnya marah, dan bagaimana ia mampu menguasai akal sehatnya.

Dengan cara perlahan-lahan dan latihan yang panjang, maka seorang guru akan memperoleh kekuatan dan kemampuan mengontrol diri dan menanggulangi rasa amarah. Cara yang paling afdhal adalah dengan mengikuti penyembuhan secara rabbani dan nabawi yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam sebagaimana sabda beliau:

"Apabila diantara kalian sedang marah, jika ia sedang berdiri maka hendaklah duduk, dengan cara tersebut bisa menghilangkan kemarahan. Apabila masih marah, maka berbaringlah!" (HR Ahmad)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga bersabda:

"Bukanlah orang hebat itu adalah orang yang hebat dalam pertempuran, tapi orang hebat itu adalah orang yang bisa menahan dirinya ketika sedang marah." (Shahih Muslim)

Dalam riwayat lain beliau bersabda:

"Barangsiapa yang menjaga diri maka Allah akan menjaganya, dan barangsiapa yang mencukupkan diri maka Allah akan mencukupkannya, dan barangsiapa yang bersabar maka Allah akan menjadikan ia orang yang bersabar." (Shahih Al-Bukhari No. 1469)

[10] Menjaga Lisan

Ejekan dan hinaan hanya akan menyebabkan jatuhnya harkat dan derajat orang yang dihina. Hal ini akan menimbulkan adanya rasa permusuhan dan kemarahan.

Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,

"Jagalah lisanmu kecuali dalam kebaikan."
(H.R. Akhmad 4/299)

"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berbicaralah yang baik  atau diam."
(Shahih Al Bukhari no. 5672 kitab al-adab dan shahih Muslim no. 47 kitab al-iman)

[11] Sinergi dan Musyawarah

Bermusyawarah dapat membantu seorang guru dalam menghadapi suatu permasalahan atau perkara sulit yang dihadapinya.

Meminta pendapat orang lain tidak menunjukkan rendahnya tingkat martabat dan keilmuan seseorang.Bahkan sikap tersebut merupakan pertanda tingginya tingkat kecerdasan dan kebijaksanaan seseorang.

Lebih dari itu bermusyawarah dapat mendekatkan seseorang kepada kebenaran. Sedangkan meninggalkannya hanya akan menjauhkan diri dari kebenaran.

Firman Allah subhanahu wata'ala,

"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya".(Q.S. Ali-Imran: 159)

Abu Hurairah berkata, "Aku tidak melihat seorang pun yang paling banyak bermusyawarah, kecuali Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam."
(H.R. Tirmidzi no. 1714)
Referensi:

Muhammad Saw The  Super Leader Super Manager oleh Dr. Muhammad Syafii Antonio, M.Ec
http://suntree.blogsome.com/wp-admin/images/firstverseofQuran.jpg
http://almanhaj.or.id/content/2976/slash/0/i-k-h-l-a-s/ 
http://bustankholik.blogspot.com/2012/02/surat-al-bayyinah-ayat-5.html
http://quran.ittelkom.ac.id/
http://ewidoyoko.blogspot.com/2010/10/ringkasan-tafsir-ash-shaff-ayat-2-dan-3.html
http://walangkopo99.blogspot.com/2011/03/arti-surat-ali-imran-ayat-159.html

Kiat-Kiat Bagaimana Memanfaatkan Waktu


Kiat-Kiat bagaimana memanfaatkan waktu :

a. Kita harus menyadari nilai waktu dan menyadari bahwasanya waktu itu terbatas.

Nilai waktu itu terletak sejauh mana mempergunakannya dengan baik, maka kita harus memelihara waktu tersebut dan mempergunakannya dengan sebaik-baiknya.

Waktu tidak mungkin dapat diperpanjang atau dikurangi.

b. Menentukkan sasaran

Menentukkan tujuan dapat menghasilkan banyak manfaat, dan membuat manusia beraktifitas dalam kehidupan ini berdasarkan petunjuk.

Mereka yang tidak menentukkan tujuannya dan membiarkan waktu berlalu begitu saja, maka sedikit sekali kebaikan yang dihasilkan dari mereka atau melakukan pekerjaan yang besar.

Manusia yang hidup tanpa tujuan adalah laksana kapal yang berlayar di lautan dengan tanpa nahkoda, akan diombang-ambingkan ombak.

Orang yang paling banyak bekerja adalah orang yang paling luas waktunya.Itu terjadi karena mereka menentukan tujuan mereka, memanage waktu pekerjaan mereka dalam keraguan, kebingungan dan kerusakan.

c. Seseorang harus bersungguh-sungguh dan penuh keikhlasan agar sampai kepada tujuan

Tidak cukup hanya menentukkan tujuan, namun juga harus disertai dengan kesungguhan dan ketulusan, sehingga ia akan sampai kepada tujuan yang diinginkan dengan waktu yang relatif pendek.

d. Tepat waktu

Inilah salah satu yang dapat membantu seseorang untuk mempergunakan waktu dan mengokohkan pekerjaan.

Menunda sesaat dari waktu yang telah ditentukkan, sama saja dengan menyia-nyiakan beberapa saat dari waktu bekerja.

Mengulur waktu akan membawa kepada salah satu dari dua natijah (konklusi):

Pertama, tergesa-gesa dalam pekerjaan dan tidak teliti; untuk menggantikan wakut yang hilang.
Kedua, memakan waktu yang sebenarnya diperuntukkan untuk tugas lainnnya.

e. Jangan menunda-nunda

Pekerjaan yang tertunda jarang bisa dikerjakan dan kalaupun dikerjakan, maka jarang sekali dapat dikerjakan dengan baik seperti halnya kalau dikerjakan tepat pada waktunya.

f. Pandai Memanfaatkan waktu senggang dan Istirahat

Ini bukan berarti kita harus bekerja terus menerus tanpa henti dan tidak menyisakan sesaatpun untuk beristirahat dan berkumpul bersama keluarga.

Namun, yang dimaksudkan ialah hendaknya kita mempergunakan waktu istirahat dan waktu luang tersebut supaya kita lebih mampu bekerja lagi.

Jika kita pergunakan waktu luang dalam kemalasan, maka kita tidak memperoleh sedikit pun dan tidak menambah nilai plus dalam pekerjaan.

Jika kita pergunakan untuk sesuatu yang bermanfaat, sekalipun untuk olahraga jantung, senam jasmani, dan perkumpulan yang dapat membangkitkan semangat, maka semua itu berguna dalam pekerjaan kita; maka bagaimanakah kiranya jika dipergunakan untuk membaca, menulis atau sejenisnya yang lebih bermanfaat?

Mempergunakan waktu luang dengan baik merupakan sarana hidup terpenting yang perlu diperhatikan dan dipikirkan; sebab kebanyakan umur kita ini hilang dengan percuma, karena kita tidak tahu bagaimana mempergunakan waktu-waktu yang luang itu sebagaimana mestinya.

g. Kita harus tahu bagaimana memulai pekerjaan

Ini masalah terberat yang dihadapi seseorang; sebab berapa banyak wakut yang terbuang percuma untuk memikirkan hal itu.

::Anda melihat seorang pelajar::

sebagai contoh: inging mempelajari pelajarannya. Ia berpikir, pelajaran apa yang harus ia mulai. Ia berpikir akan memulai dengan kitab ini atau kitab itu. kemudian pikiran itu menyulitkannya, akhirnya ia memutuskan untuk membaca selainnya. Demikian seterusnya.

Ia telah mempergunakan waktu lama sebelum memulai dengan sungguh-sungguh

Memang memulai sesuatu itu biasanya sulit, karena kurangnya berlatih. Atau karena manusia itu, dengan memulai sesuatu, berarti berpindah dari kesantaian yang menyenangkan menuju pekerjaan yang berat.

::Solusinya::

yang terpenting adalah:

Memohon pertolongan Allah,
Meminta Saran, dan
Segera Menentukkan pilihan bila masalahnya menghendaki demikian.
Kemudian ia berpikir sebelum bekerja tentang mana yang harus didahulukan.tentukanlah dan pelajarilan mana yang paling prioritas, kemudian berikutnya lagi dan seterusnya.
bertekad bulat tanpa keraguan, dan tidak memperkenankan nafsunya merubah tekadnya semula, apapun kesulitan yang dihadapi.

Orang yang melihat bahwa memulai sesuatu itu sulit baginya dan ia melihat bahwa nafsunya tidak mau bekerja, maka yang paling bermanfaat baginya dalam hal ini adalah:

Membaca satu bab buku yang dapat memotivasinya untuk bekerja,
Sepenggal Syair yang dapat membangkitkan kecenderungannya untuk bersungguh-sungguh dan mengembalikan semangatnya,
Menghadirkan dalam benaknya akan natijah kesungguhan dan kemalasan, atau
Mengingat tokoh-tokoh yang memiliki kesungguhan dalam hidup ini dan seterusnya.

Apabila memulai pekerjaan, hendaknya seseorang mengembalikan cita-citanya semula dan memulai dengan sepenuh hati. Kemudian memilih tempat yang jauh dari kebisingan, tidak banyak pemandangan yang dapat melalaikannya dari pekerjaan dan tidak banyak godaan yang dapat menghalanginya dari pekerjaan tersebut.

Apabila sudah memulai, berarti ia telah mendekati kesuksesan; karena memulai pekerjaan tersebut dapat menghidupkan ruhnya, membangkitkan semangatnya dan mendorongnya untuk semakin bersungguh-sungguh.

Kemudian setelah itu hendaklah melakukan pekerjaan tersebut secara berkesinambungan .

Termasuk salah satu unsur yang dapat memotivasinya untuk bekerja ialah:

Pekerjaan yang sesuai dengan kecenderungan dan bakat yang dimilikinya; Sehingga dapat merasakan manfaatnya. Karena salah satu faktor terpenting yang menyebabkan kebosanan ialah salah dalam memilih.


Catatan Kaki:
Ibid, halaman 234 - 239
 
Referensi:
Menumbuhkan Optimisme, Motivasi dan Hambatan oleh Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, halaman 149 - 153 dengan beberapa editan dan ringkasan.
http://cdn.konsultasisyariah.com/wp-content/uploads/2010/06/batasan-waktu-shalat-dhuha-460x250.jpg