Dakwah Menyentuh Hati

Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah subhanahu wata'ala sesuai dengan garis Aqidah, Syari'at dan Akhlak Islam.

Kata dakwah merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja da'a yad'u yang berarti panggilan, seruan atau ajakan.


Tujuan dakwah ialah mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat yang diridhai Allah .

Nabi Muhammad mencontohkan dakwah kepada ummatnya dengan berbagai cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan. Dimulai dari istrinya, keluarganya, dan teman-teman karib hingga raja-raja yang berkuasa kala itu.

Landasan hukumnya adalah

"Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan ummat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali Imran : 104)

kemudian Allah mengajarkan beberapa caranya yakni,

"Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah, pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik." (QS. An-Nahl : 125)

Berdakwah mesti disampaikan dengan strategi, cara, pola, dan metode yang benar dan tepat yang benar-benar "menyentuh hati".

Syaikh Abbas As-Sisi dalam bukunya, bagaimana menyentuh hati menjelaskan resep dakwah agar menyentuh.

[1]. Menghafal Nama.

Percayalah bahwa mengingat nama adalah hal yang penting karena dari sinilah terjadi interaksi dan lahirnya sifat saling percaya sesama individu.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa kata yang paling sering diucapkan dalam percakapan manusia, baik secara langsung maupun lewat telepon adalah kata "aku".

Ini membuktikan bahwa setiap manusia ingin dipandang dan dihargai lebih oleh orang lain. Oleh karena itu, berusahalah untuk meningat nama objek dakwah yang ingin kita dekati sebelum kita menyampaikan islam.

[2]. Tersenyum.

Senyuman yang tulus dan ikhlas adalah fitrah, yang akan membuat hati manusia terpikat dan bersimpati.

[3]. Penampilan Seorang Da'i.

Karena keberhasilan sebuah misi akan bergantung pada si pembawa misi tersebut.

[4]. Pandangan yang penuh Kasih Sayang.

Berikanlah pandangan yang penuh ketulusan kepada setiap orang yang kita temui, termasuk kepada penerima dakwah kita, karena hal itu akan tersampaikan kepada mereka meskipun kita terkadang tidak menyadarinya.

[5]. Menyebarkan Salam dan Memberi Salam Lebih Dahulu.

[6]. Berjabat Tangan.

Sudah selayaknya jabatan tangan kita harus dibarengi dengan tatapan dan perasaan yang hangat serta senyuman yang datang dari hati sehingga orang-orang yang merasakan jabat tangan kita akan merasa nyaman dan bisa menerima keberadaan kita. Tentunya pria dengan pria dan wanita dengan wanita.

Syamsudir kadir Pegiat Diskusi INSISTS

Referensi :
RESOLUSI "Create the Smart-Moslem Student" | Media Komunitas KAMMI Daerah Sleman | Edisi Maret 2013.halaman 2.

Memaknai Kembali Jiwa kepemimpinan


Menjadi pemimpin bukanlah pilihan, melainkan keharusan. Karena itu Jiwa kepemimpinan sangat perlu ditanamkan dan ditumbuhkan pada setiap individu.

Kepemimpinan akan berguna bagi diri sendiri maupun orang lain. Sebagai contoh sebuah perusahaan melakukan perekrutan, faktor kepemimpinan biasanya sangat diperhitungkan. Begitu halnya dalam kegiatan sehari-hari yang membutuhkan pengambilan keputusan.

Pergeseran Makna

Awalnya kepemimpinan dapat dimaknai sebagai kemampuan mengorganisir, memimpin, mempengaruhi dan memfasilitasi orang lain untuk tujuan kelompok. Namun kata "pengaruh" berkonotasi negatif mungkin bisa disalah-gunakan untuk kepentingan pemimpin sendiri dan buakn organisasi.

Definisi sekarang yang berkembang adalah, kepemimpinan merupakan kemampuan untuk menginspirasi orang lain agar berubah menjadi lebih baik.

Meski seseorang memiliki jabatan dan otoritas memimpin organisasi, belum tentu ia memiliki sikap kepemimpinan.

Seorang pemimpin tak berarti sekedar memerintah orang lain, tetapi juga kesadaran perilaku, "Leadership itu harus diasah juga, tidak tiba-tiba dia memiliki kemampuan leadership".

Dilatih dan diasah

Jika kepemimpinan tidak diasah dan dilatih, maka mereka hanya akan memiliki mental pekerja.

"Leadership bukan hanya masalah kepemimpinan saja, tapi juga cara bersikap sebagai seorang leader"

Apakah pelatihan kepemimpinan saat ini hanya menjadi pemantik saja?.

"Kepemimpinan bukan hanya teori, melainkan juga praktik."

"Kepemimpinan akan hadir dengan sendirinya ketika seseorang itu dilatih jiwa kepemimpinannya, maka di sinilah letak organisasi dan berbagai kegiatan mahasiswa lainnya."

Kurangnya jiwa kepemimpinan pada diri pemuda saat ini salah satunya karena tidak adanya sosok panutan.

Referensi :
Bulak Sumur Pos | Edisi 209 | Selasa. 26 Maret 2013 | halaman 4 (Fokus) | Penulis Nafisah, Nurul Aulia / Achmad Tri SA (dengan nara sumber tidak dicantumkan dan editing).
http://www.exceld.com.au/wp-content/uploads/2013/04/leadership1.jpg

Hikmah di balik kematian yang dirahasiakan



Orang yang tahu kapan ia mati akan menjadi sandera bagi waktu kematiannya. Ia akan selalu memikirkannya hingga pupuslah semua harapannya.

Ia takkan bergairah untuk melakukan sesuatu meski waktunya masih panjang. Sebab seseorang bisa berbuat ini dan itu karena merasa akan hidup selamanya dan menguasai dunia. Kalau bukan karena ketidaktahuannya akan hari kematiannya, niscaya ia takkan berselera untuk makan dan minum. pasti ketaatan yang dilakukannya karena keterpaksaan, dan hidupnya serasa tak bermakna sama sekali. Semua orang akan hidup tanpa harapan, dan berjalan menuju waktu dab tempat yang telah diketahui untuk menyerahkan nyawa mereka dan mati,

Sebab itulah  Allah merahasiakan waktu dan tempatnya, agar kehidupan ini dapat berjalan normal dan menjadi ujian bagi manusia; siapa-siapa diantara mereka yang paling baik amalnya. Yang jelas, kematian pasti datang, ia pasti menjemput semua orang, namun hanya Allah semata yang tahu akan waktu dan tempatnya.

Al-Imam Hasan al-Bashri demikian blak-blakan tatkala menggambarkan kematian. 
Beliau mengatakan,
“Tak berlalu seharipun melainkan Malaikat Maut mengecek setiap rumah tiga kali.
Jika ia mendapati ada diantara penghuni rumah tersebut yang telah menghabiskan jatah rezekinya dan tiba ajalnya, ia akan mencabut ruhnya. 
Jika ruhnya telah dicabut, datanglah sanak kerabatnya menangisi kepergiannya. Saat itulah Malaikat Maut memegang kedua pilar pintu seraya berkata,  
“Aku tak punya dosa terhadap kalian, aku hanya menuruti perintah. 
Demi Allah, aku tak pernah memakan rezeki kalian, tak pernah menghabiskan umur kalian dan tak mengurangi ajal kalian. 
Tapi aku akan kembali mengunjungi kalian, dan kembali lagi hingga tak ada dari kalian yang kusisakan.” 
Beliau melanjutkan, “Demi Allah, andaikata mereka melihat malaikat tersebut dan mendengar ucapannya, pastilah mereka melupakan si mayit dan menangisi diri mereka sendiri.”
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi ad-Dunya dalam Dzikr al- Qubuur dan Abu Syaikh al-Asbahani dalam kitab al-adhaamah. Lihat al-Habaaik fii Akhbaar dan al-Malaaik as-Suyuthi)
Referensi:
Andai Si Mati Bisa Berbicara - "Angan-angan mereka yang telah tiada" oleh Sufyan Bin Fuad Baswedan | halaman 30 - 31