Bencana dan Ujian bagi seorang mukmin
layaknya yang bisa menghilangkan
berbagai penyakit yang jika dibiarkan
justru akan membahayakannya,mengikis
pahalanya, dan menurunkan derajatnya.
Setiap orang pasti merasakan ujian,
baik mukmin maupun kafir.Namun,kaum
mukmin akan merasakan penderitaan di
dunia terlebih dahulu,tetapi pada akhirnya
akan merasakan buah yang manis,baik
di dunia maupun di akhirat.Sebaliknya,
orang kafir,munafik, dan pendosa
akan merasakan kenikmatan dan kesenangan
terlebih dahulu,tetapi ujungnya mereka
merasakan penderitaan.
Kesempitan didunia tidak ada yang abadi.
Cepat atau lambat ia pasti berlalu dan
digantikan kelapangan.Kesulitan pasti
digantikan kemudahan.Sebab jika tidak,
hal itu akan mengurangi nilai kekuasaan
Yang MahaKuasa,bertentangan dengan
aturan yang telah ditetapkan oleh Yang
MahaKuasa, dan berlawanan dengan
kehendak Yang Maha Mengetahui.
Tertimpa musibah memang menyakitkan,
tetapi tidak selamanya demikian.
musibah itu seperti tamu.Ia pasti akan
meninggalkan kita.Sedikit demi sedikit
menjauh lalu menghilang sampai akhirnya
benar-benar tidak kelihatan.
Jika seseorang tidak pernah merasakan
pahitnya sebuah penderitaan,engkau
akan melihat hidupnya gelisah dan
bingung,lantaran ia hanya menjalani satu
kondisi yang statis dan membosankan.
Berlama-lama dalam satu keadaan pasti
akan memberatkan.pergantian dari satu
keadaan ke keadaan lainnya melahirkan
satu kenikmatan,kegembiraan dan
kesenangan tersendiri.
Apabila musibah telah mencapai
puncaknya,giliran kemudahandan
kelapangan datang.Itulah aturan
yang telah Allah tetapkan untuk alam
dan tidak akan pernah berubah.
Apabila seorang hamba gagal
menadapatkan bantuan dari sesama
manusia dan sudah putus asa terhadapnya
mereka,niscaya dalam hatinya timbul
harapan kepada Tuhannya dan mengajukan
permohonannya.Allah yang Maha Esa
pasti mengabulkan permohonanya,
menghilangkan keburukan yang
menimpanya,menyingkirkan kesedihan
yang menyelimutinya,menggantikan
kesempitan dengan kelapangan,
kedukaannya dengan kegembiraan, dan
kesusahannya dengan kebahagiaan.
Referensi:
Buku:ya Allah,
Kenapa Aku
Diuji
(Ibnu Qayyim al-Jauziyah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar