Memaknai Kembali Jiwa kepemimpinan


Menjadi pemimpin bukanlah pilihan, melainkan keharusan. Karena itu Jiwa kepemimpinan sangat perlu ditanamkan dan ditumbuhkan pada setiap individu.

Kepemimpinan akan berguna bagi diri sendiri maupun orang lain. Sebagai contoh sebuah perusahaan melakukan perekrutan, faktor kepemimpinan biasanya sangat diperhitungkan. Begitu halnya dalam kegiatan sehari-hari yang membutuhkan pengambilan keputusan.

Pergeseran Makna

Awalnya kepemimpinan dapat dimaknai sebagai kemampuan mengorganisir, memimpin, mempengaruhi dan memfasilitasi orang lain untuk tujuan kelompok. Namun kata "pengaruh" berkonotasi negatif mungkin bisa disalah-gunakan untuk kepentingan pemimpin sendiri dan buakn organisasi.

Definisi sekarang yang berkembang adalah, kepemimpinan merupakan kemampuan untuk menginspirasi orang lain agar berubah menjadi lebih baik.

Meski seseorang memiliki jabatan dan otoritas memimpin organisasi, belum tentu ia memiliki sikap kepemimpinan.

Seorang pemimpin tak berarti sekedar memerintah orang lain, tetapi juga kesadaran perilaku, "Leadership itu harus diasah juga, tidak tiba-tiba dia memiliki kemampuan leadership".

Dilatih dan diasah

Jika kepemimpinan tidak diasah dan dilatih, maka mereka hanya akan memiliki mental pekerja.

"Leadership bukan hanya masalah kepemimpinan saja, tapi juga cara bersikap sebagai seorang leader"

Apakah pelatihan kepemimpinan saat ini hanya menjadi pemantik saja?.

"Kepemimpinan bukan hanya teori, melainkan juga praktik."

"Kepemimpinan akan hadir dengan sendirinya ketika seseorang itu dilatih jiwa kepemimpinannya, maka di sinilah letak organisasi dan berbagai kegiatan mahasiswa lainnya."

Kurangnya jiwa kepemimpinan pada diri pemuda saat ini salah satunya karena tidak adanya sosok panutan.

Referensi :
Bulak Sumur Pos | Edisi 209 | Selasa. 26 Maret 2013 | halaman 4 (Fokus) | Penulis Nafisah, Nurul Aulia / Achmad Tri SA (dengan nara sumber tidak dicantumkan dan editing).
http://www.exceld.com.au/wp-content/uploads/2013/04/leadership1.jpg